Thursday, December 10, 2015

Panca Maha Yadnya


Di luar negeri Hindu tetap eskis bahkan berkembang terus, tetapi kalau kita melihat perkembangan agama Hindu di Indonesia sangat memprihatikan alias jatuh bangun. Hal ini terjadi karena pemeluknya tidak memiliki jiwa militan. Padahal ajaran Hindu luar biasa bagusnya karena cocok untuk sepanjang zaman. Tidak punah karena pergantian zaman. Agama Hindu adalah agama tertua, seusianya sudah punah tertelan zaman.
Adama Hindu telah eksis sepanjang zaman karena merupakan ajaran Sanata Dharma yaitu kebenaran abadi dan universal, langgeng sejak beribu – ribu tahun sebelum masehidan Vaidhika Dharma yaitu kebenaran yang diwahyukan oleh Brahman.
Sebagai pembanding agama Buddha keberadaan sejak tahun 600SM, agama Kristen abad 1M dan Islam abad 6M. karena itu sampai pada kali yuga ini , jumlah pemeluk agama Hindu di dunia ini masih cukup banyak sekitar 14%.
No.
Agama
Presentase
1
Kristen
33%
2
Islam
21%
3
Hindu
14%
4
Buddha
6%
5
Cina Tradisional
6%
6
Afrika Tradisional
6%
7
Sikhsm
0.36%
8
Judaism
0.22%
9
Non relegius(ateist, secular dll)
13.42%
Sumber : Majalah Hindu Radtya ed.Februari(2010:53)
Hanya di Indonesia agama Hindu mengalami jatuh bangun karena pemeluknya tidak murni menggunakan sumber kitab suci dalam beragama. Sebab – sebab runtuhnya agama Hindu yang pernah Berjaya di Nusantara ini saat kejayaan kerajaan Majapahit tidak dijadikan cermin oleh pemuka – pemuka agama Hindu di Indonesia.
Sejak runtuhnya majapahit tahun 1478 sampai tahun 1959 hubungan India dan Indonesia putus, selain itu kita tidak mempunyai lembaga yang mengurus umat Hindu, sehingga Hindu di luar Bali tidak mendapat pembinaan. Saat itu di Bali, Hindu tetap eksis dengan 90% penduduknya beragama Hindu. Eksisnya Hindu di pulau dewata ini karena adat – istiadatnya yang sangat ketat. Tahun 1950 Menteri Agama RI mengutus 2 wakil wakil pemerinah pusat untuk menemui pemerintah Bali. Pesan utusan ke bali memberitahu kalau Hindu dapat diakui sabagai agama jika mempunyai kitab suci, tempat suci, orang suci dan umatnya. Menyikapi pemerintah pusat para tokoh Hindu yang ada di Bali mengadakan pertemuan untuk menyusun kitab Upadesa.
Setelah melaui sabha di Pecampuhan bulan Februari 1959, kemudian di usulakan ke pemerintah pusat. Akhirnya pemerintah mengakui orgnanisasi bernama Parisadha Hindu Bali. Kemudian organisasi ini memayungi semua umat Hindu di Indonesia sehingga berubah nama menjadi Parisadha Hindu Dharma Indonesia. Namun lembaga ini daya juangnya lamban sekali, sehingga tidak mampu menjaga keutuhan umatnya. Agama tidak dijadikan tujuan utama dalam hidup ini, hanya ditangani setengah hati, agama bukan tujuan utama tapi tujuan sampingan. Akibatnya umat tidak mempunyai Sraddha dan bhakti yang baik.
Selama ini kebanyakan umat dalam beragama hanya berhenti pada Panca Yadnya, tidak diteruskan ke Panca Maha Yadnya (Kriya, Jnana, Yoga, Harta dan Angga). Selain itu, beragama selalu ditujukan untuk menyucikan keluar dirinya yaitu menyucikan alam. Leluhur, Dewa dan Hyang Widhi tetapi tidak untuk menyucikan dirinya sendiri sehingga kita hidup tidak dalam keadaan suci. Muatan kesuciannya sangat kurang hamper tidak tersentuh sama sekali. Hidup dalam keadaan tidak suci termasuk dalam golongan Danawa ( Manusia Raksasa), sifat – sifat keraksasaannya lebih menonjol daripada sifat kedewaanya (Madawa = Manusia Dewa). Oleh karena itu perlu ditambah kegiatan rohani/ spiritual dalam kehidupan sehari – hari agar umat menjadi suci. Dalam keadaan suci ini jika kita berhubungan dengan Leluhur/ Dewa/ Hyang Widhi dipastikan akan medapat anugerah dan karuniaNya. Konsep hokum alam menjelaskan bervibrasinya suatu system (benda) apabila  ada system lain yang bervibrasi dengan frekuensi yang sama. Begitu juga dengan sembhayang , para Leluhur/ Dewa/ Hyang Widhi akan bervibrasi bila hambanya mempunyai vibrasi yang sama denganNya.
1.      Jnana Yadnya (Ilmu Pengetahuan)
Jnana yadnya adalah memberikan ilmu pengetahuan kepada orang lain. Berdasarka Veda , hati nurani (buddhi) hanya dapat disucikan dengan ilmu pengetahuan suci. Sedangkan ilmu pengetahuan suci sumbernya dari Veda. Tetapi selama ini Veda tidak dijadikan sumber pedoman dalam kehidupan sehari – hari, umat tidak pernah membaca kitab suci sehingga kemerosotan moral dan, sraddha dan bhakti terjadi di mana – mana. Oleh karena itu sudah saatnya umat Hindu sekarang kembali ke Veda.
Jnana umat dapat meningkat apabila mengetahui isi kitab suci Veda (Bhagawadgita, Sarasamusccaya karena isinya runtut dan mudah dipahami.
Jika umat mempunyai ilmu pengetahuan suci, maka dalam kesehariaanya umat akan selalu hidup suci dalam berfikir dan lebih arif dalam melangkah lebih bijaksana.
2.      Yoga Yadnya
Ukuran umat Hindu sukses beragama bila mampu mencapai moksa, bukan menuju ke pitra loka atau swargan. Swargan hanya tempat persinggahan bukan tujan akhir. Tetapi untuk mencapai moksa hanya satu jalan yaitu yoga. Di dalam  yoga ada larangan – larangan yang tidak boleh dilanggar dan ada anjuran – anjuran yang harus dilakukan secara disiplin. Bila yoga ini dapat dilakukan oleh umat, kehidupannya akan menjadi lebih suci, sehingga spiritualnya berangsur – angsur akan meningkat
-          Jangan terlalu monoton dalam beragama, beragama harus dinamis disesuaikan dengan perkembangan jaman.
-          Jangan takut dengan perubahan, sepanjang tiga kerangka gama tetap ada.
-          Jangan keadaan yang mendikte kita, tetapi kita yang mendikte keadaa.
3.      Harta yandya (dana punia)
Selama ini umat Hindu, harta yang dikeluarkan untuk beryadnya sudah tergolong tinggi, jauh melebihi agama – agama lain. Tetapi saying baru sebatas urusan Panca Yadnya (Dewa, pitra, rsi, Manusa dan Bhuta). Walaupun dana yang dikeluarkan sudah tergolong besar, sesunggunya itu baru merupakan wujud keajiban.
Harta yadnya (dana punia) sebesar  ±5% peruntukannya bukan untuk Leluhur/ Dewa/ Hyang Widhi dan juga bukan untuk keturunan anak cucu melainkan untuk orang lain secara horizontal.
Harta yadnya sebesar ±5% dari penghasilan diperuntukkan untuk anak putus sekolah, menjadi orang tua asuh, mendirikan lembaga pendidikan untuk menampung anak – anak miskin, mendirikan panti asuhan, mendirikan pusat – pusat kegiatan spiritual, membuat pasraman/TK dll yang berguna untuk penigkatan Sraddha dan Bhakti generasi Hindu.
4.      Krya Yadnya ( pelayanan kepada umat)
Kalau umat sudah memiliki ilmu pengetahuan, hidup suci, dan sadar akan kehidupan berdana punia ditambah lagi slalu memberikan pelayanan secara terukur, maka umat pasti akan merubah pola hidupnya yaitu akan bergeser dari hidup material menuju hidup spiritual. Tidak banyak lagi anak terlantar, tidaka da lagi kenakalan remaja, tidak ada lagi orang berpindah agama dan tidak ada lagi penyakit masyarakat (berjudi, mabuk, pergi ke café, berselingkuh, merebut waris). Jadi umat Hindu menjadi bahagia dan damai.
5.      Angga Yadnya (pengorbanan dari anggota tubuh/ donor darah)
Berdonor darah, ginjal, mata dan donor dari anggota tubuh lainnya termasuk yadnya pada tingkatan yang lebih tinggi. Oleh karena itu bagi umat yang sehat perlu melakukan donor setiap 6 bulan sekali.
Kaalu Panca Maha Yadnya ini dapat dijadikan acuan beragama, maka para pelaku agama baik guru/ dosen agama, pinandita/ pandita, parisadha, bendesa adat, orang yang duduk di departemen agama harus meningkatkan kemampuannya dari dunia material menuju ke dunia rohani/ spiritual agar mampu meberikan pelayanan kepada masyarakat Hindu.

0 komentar:

Post a Comment