Thursday, December 10, 2015

Jnana dan Karma Kanda


Dalam agama Hindu ada empat jalan untuk mendekatkan diri kehadapan Brahman yaitu melalui bhakti, karma, jnana, dan yoga. Keempat jalan ini disebut catur marga.
 Pada zaman dahulu hanya para Maharsi atau Yogi yang mampu melakukan jalan jnana kanda yaitu melalui jnana dan yoga. Sedangkan yang lainnyahanya melalui karma kanda yaitu bhakti dan karma.
Jnana kanda adalah ajaran bhakti melalui ilmu pengetahuan, sedangkan karma kanda adalah ajaran bhakti melalui kerja. Jalan karma kanda memerlukan sarana yang berasal dari tumbuh – tumbuhan dan binatang yang dijadikan korban suci. Korban suci dalam wujud banten, kemudian dipersembahkan kepada Brahman melalui perantara para Dewa.

Dalam karma kanda sebenarnya benda duniawi tidak ada nilainya. Jika benda tersebut betul – betul berharga maka bagi orang kaya mempersembahkan daksina dari emas, sampian dari perak dan tumpeng dari permata. Mengapa banten justru dibuat ari bahan – bahan yang mudah rusak? Hal ini dimaksudkan agar setiap orang dapat kesempatan sepuas – puasnya untuk melakukan karma. Jika bahan dibuat dari bahan yang tahan lama, maka orang tidak perlu lagi membuat banten, sehingga menyebabkan kurangnya kesempatan kerja untuk mengabdi kepada Brahman, yang akhirnya dapat merosotkan keyakinan. Seprti Candi Prambanan yang dibuat dari batu alam yang tahan sampai berabad – abad. Ini berarti paling tidak ada puluhan generasi tidak perlu lagi membuat candi akhirnya keahlian memahat dari para undagi tidak dapat diturunkan kepada anak cucu mereka. Selain itu mereka tidak mempunyai kesempatan berbuat karma sebagai salah satu jalan untuk meyakini Brahman. Sedangkan mereka yang memilih jalan jnana kanda tidak memerlukan sarana lagi sehingga tidak peduli dengan benda – benda duniawi. Mereka tidak bisa lagi membedakan 1 kg emas dengan 1 kg bongkahan batu, karena mereka tidak terikat lagi dengan benda itu. Dalam samadinya mereka tidak memerlukan bantuan para Dewa lagi, melainkan langsung memusatkan pikiran kepada Brahman. Itu sebabnya jalan jnana kanda ini hanya mampu dilakukan oleh orang suci Maharsi dan para yogi.
Pada zaman sekarang jalan manakah yang lebih baik? Apakah jnana kanda atau karma kanda? Apakah kedua – duanya? Pada zaman kali yuga kita sangat sulit melepaskan diri dari kegiatan duniawi, selama manusia belum peduli dengan dunia ini, yaitu masih menginginkan kedudukan, pangkat, kekayaan, penghormatan, keselamatan. Selama itu mereka tidak bisa melepaskan keterikatan dengan para Dewa. Upakara banten adalah sarana yang dipakai untuk menghubungkan diri dengan Brahman melalui perantara para Dewa. Terlebih pada kali yuga pemberian harta yang dimuliakan orang. Oleh karena itu kita tidak dapat melakukan bhakti hanya melalui jnana kanda. Dalam kitab suci Atarva Veda XII.1.1 disebutkan bahwa pada kali yuga ini pegangan kita adalah agama yaitu satya, rta, tapa, diksa, brahma dan yadnya agar semua dapat dilakukan maka kita harus menggunakan jalan karma kanda dan jnan kanda. Mantram Veda yang mengharuskan kita bernyadnya (melakukan persembahan) ada dalam kitab suci Bhagawadgita II.14
            Annad bhavanti bhutani
            Parjanyad annasambhavah
            Yajnad bhavati parjanyo
            Yajna karma samudbhavah
Artinya karena makanan mahluk hidup karena hujan makanan tumbuh karena persembahan hujan turun dan persembahan ada karena kerja (karma)
Mantram ini menerangkan bagaimana cara menjaga keseimbangan alam ini agar tiak hancur karena ulah manusia. Karena dengan berkarma berarti ada persembahan dengan adanya persembahan akhirnya Brahman menurunkan hujan, karena adanya hujan itu, tumbuh – tumbuhan sebagai sumber makanan tumbuh subur sehingga kita bisa hidup melakukan kreativitas begitu seterusnya tidak berhenti. Para Dewa saja tidak pernah berhenti beryadnya hal itu tersurat dalam Bhagawadgita III.24
            Utsideyur ime loka
            Na kuryam karma ched aham
            Samkarasya cha karta syam
            Upahanyam imah prajah
Artinya jika Aku berhenti bekerja dunia ini akan hancur lebur dan Aku jadi pencipta keruntuhan memusnahkan manusia ini semua.
Dengan memahami filsafat yang diperoleh melalui jnana kanda, maka akan menambah keyakinan kita mengenai banten sebagai persembahan. Selain itu dengan melalui ilmu pengetahuan tidak ada lagi upacara keagamaan dilakukan dengan gugon tuwon yang hanya mengikuti tradisi dan petunjuk tukang banten, pemangku dan sulinggih
Mendekatkan diri melalui jnana kanda dan karma kanda akan lebih cepat mendapat peningkatan spiritual. Dalam pusaka Hindu Bhagawad Purana disebut bahwa jika seorang memiliki
1.  Sifat kasih sayang ( baik alam keluarga, masyarakat dan lingkungan) secara tulus iklas maka orang itu setelah meninggal Atmannya akan menuju alam swargan tingkat pertama.
2. Sifat kasih saying dan melakukan bhakti yang taat, maka orang itu setelah meninggal Atmannya akan menuju alam swargan tingkat kedua
3.  Sifat ksih saying, melakukan bhakti, menjadi penyembah yang setia dan taat maka orang itu setelah meninggal Atmannya akan menuju alam swargan tingkat ketihga
4.  Sifat kasih saying, melakukan bhakti, menjadi penyembah yang setia dan taat, dan melakukan kerti (perbuatan ) yang berguna untuk orang banyak maka orang itu setelah meninggal Atmannya akan menuju alam swargan tingkat keempat.
5.  Sifat kasih saying, melakukan bhakti, menjadi penyembah yang setia dan taat, dan melakukan kerti (perbuatan ) dan mempunyai jnana yang tinggi maka orang itu setelah meninggal Atmannya akan menuju alam swargan tingkat kelima
Sedangkan swargan keenam dan ketujuh hanya diraih oleh para yogi. Setelah kita menjadi penyembah yang setia dan taat kepada para Dewa, kita harus selalu meningkatkan jnana dan melakukan yoga, agar kita bisa mencapai tingkatan swargan yang lebih tinggi lagi yaitu alam moksam. Oleh karena itu kita jangan hanya menyembah para leluhur dan para dewata saja tetapikita harus mampu menyatu dengan Brahman.
 Dalam Bhagawadgita IX.25 tersurat
            Yanti deva-vrata devan
            Pitrn yanti pitr-vratah
            Bhutani yanti bhutejya
            Yanti mad-yajino pi mam.
 Artinya yang memuja Devanta pergi kepada para Dewata, yang memuja leluhur akan pergi ke leluhur dan memuja roh alam perginya ke roh alam, tetapi mereka yang memujaKu datang kepadaKu
Sloka ini menekankan kepada hambaNya agar dalam melakukan pemujaan harus sampai ke Brahman.

0 komentar:

Post a Comment